Ayah, Pahlawan yang Seringkali Terlupakan
(Ditulis oleh Pelopornews)
Tidak semua ayah pandai bercerita tentang hari-harinya. Tentang kerasnya dunia kerja, tentang atasan yang marah, rekan kerja yang menjengkelkan, atau bahkan sekadar masalah kecil yang membuatnya penat. Ayah seringkali kesulitan mencari kata yang tepat, bahasa yang lembut, agar cerita itu tidak membebani keluarganya.
Ayah juga menyimpan cerita tentang perjalanan pulang. Panasnya matahari yang membakar kulit, macetnya jalanan yang menguras kesabaran, atau kereta yang mogok dan membuatnya terlambat sampai di rumah. Rencana bermain dengan anak-anaknya pun pupus, martabak yang dibelinya sudah dingin, dan semua cerita hari itu terasa hambar untuk diceritakan.

Ayah memilih diam. Sebagian ingin bercerita, tapi istrinya sibuk. Sebagian lagi memang sengaja tak ingin menceritakan apa pun yang buruk. Bukan karena tak percaya, tapi karena ayah ingin selalu membawa kebahagiaan ke rumah. Ia ingin anak-anaknya melihatnya sebagai sosok yang kuat, bukan sosok yang lemah dan penuh masalah.
Sebelum pulang, ayah seringkali menyempatkan diri untuk menenangkan diri. Ada yang mampir ke kedai kopi, ada yang ke masjid. Ayah ingin memastikan bahwa ia pulang dengan wajah ceria, agar anak-anaknya tidak khawatir.
Namun, ada kalanya seorang istri bisa merasakan ada sesuatu yang disembunyikan suaminya. “Ayah kok murung? Cerita dong…” Namun, ayah hanya tersenyum dan berkata, “Tidak apa-apa.” Ia memilih menyimpan rahasianya sendiri.
Ada pula istri yang kurang peka. Pesan singkat dari suaminya terlewatkan, dan ayah pun mengurungkan niatnya untuk bercerita. Padahal, ayah ingin bercerita tentang godaan di tempat kerja, agar istrinya bisa menjaganya.
Ayah selalu berusaha bersabar. Ia tahu, istrinya juga punya banyak cerita untuk dibagikan. Tentang uang belanja yang menipis, tagihan listrik yang membengkak, atau cerita seru anak-anak di sekolah. Kapan giliran ayah untuk bercerita?
Ayah yang lain, begitu bersemangat untuk pulang karena tahu istrinya selalu siap mendengarkan. Namun, setibanya di rumah, istrinya sudah tertidur pulas di depan televisi. Ayah tak tega membangunkannya.
Tidak semua istri pandai menyediakan waktu dan hati untuk mendengarkan cerita suami. Tidak semua istri siap memberikan saran dan dukungan. Namun, kalimat “Sabar ya, Ayah…” sambil mengusap pundak, sudah cukup untuk membuat ayah merasa lebih baik.
Ayah merahasiakan banyak hal agar tidak membebani keluarganya. Ia tahu betul betapa beratnya peran seorang istri dan ibu di rumah. Semua tagihan, semua masalah, akan dijawab dengan satu kalimat, “Tenang, Ayah akan bereskan semuanya…”
“Semua akan baik-baik saja!” adalah mantra yang selalu diucapkan ayah, meski ia sendiri tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan masalahnya. Ayah akan melakukan apa saja demi keluarganya.
Di tengah malam, ayah mengadu kepada Tuhan. Ia mencurahkan semua keluh kesahnya, semua masalah yang tidak bisa ia ceritakan kepada siapa pun.
Ayah adalah sosok misterius. Ia menyimpan banyak rahasia, yang bahkan tidak diketahui oleh istri dan anak-anaknya. Beberapa rahasia baru terungkap setelah ia meninggal dunia, sebagian lainnya terkubur bersamanya.
Ayah adalah ayah. Sosok yang selalu ada untuk keluarganya, meski ia sendiri sedang berjuang. Ayah adalah pahlawan yang seringkali terlupakan.
Untuk semua anak, luangkanlah waktu untuk mendengarkan cerita ayahmu. Karena di balik senyumnya, ada banyak hal yang ingin ia bagikan.(*)



