TNI Unjuk Gigi: Kekuatan Personel dan Latihan Multilateral Jadi Bukti Taring Indonesia di Kancah Internasional
{"data":{"activityName":"","alias":"","appversion":"0.0.1","editType":"image_edit","exportType":"ads_export","filterId":"","imageEffectId":"","os":"android","pictureId":"d4d2860a4ea445b28fd0809be898ab1a","playId":"","product":"lv","infoStickerId":"","stickerId":""},"source_type":"vicut","tiktok_developers_3p_anchor_params":"{"source_type":"vicut","client_key":"aw889s25wozf8s7e","picture_template_id":"","capability_name":"retouch_edit_tool"}"}
Jakarta Pelopornews– Indonesia kembali menunjukkan eksistensinya sebagai kekuatan militer yang disegani di kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan laporan The Military Balance 2025 dari IISS, Indonesia menempati posisi kedua dengan jumlah personel militer aktif mencapai 405.000 personel, hanya berada di bawah Vietnam. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan cerminan potensi besar yang siap mendukung tugas-tugas TNI di berbagai medan operasi: laut, udara, dan darat.
Tahun 2025 menjadi saksi bisu dari serangkaian unjuk kekuatan TNI di panggung internasional. TNI Angkatan Laut (AL) sukses menggelar latihan maritim berskala besar, Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2025, di Bali. Ajang ini berhasil menarik perhatian lebih dari 50 negara anggota internasional, yang turut mengirimkan kapal perang, helikopter, serta pesawat patroli maritim (MPA). Kehadiran kapal perang domestik (KRI) dalam MNEK menjadi bukti nyata kesiapan TNI AL untuk beroperasi bersama angkatan laut dari berbagai negara sahabat.
Tak hanya itu, latihan bersama “Super Garuda Shield 2025” antara TNI dan militer AS beserta negara mitra semakin mempertegas koordinasi militer Indonesia dengan kekuatan dunia. Latihan yang meliputi operasi darat, udara, laut, dan penembakan langsung (“live-fire”) ini menunjukkan keseriusan TNI dalam meningkatkan kemampuan dan interoperabilitas dengan negara-negara sekutu.
Partisipasi aktif TNI AL dalam Pacific Reach Submarine Rescue Exercise 2025 di Singapura sebagai observer juga menjadi catatan penting. Keikutsertaan ini memberikan kesempatan bagi TNI AL untuk mengasah kemampuan penyelamatan kapal selam dan memperkuat kerja sama internasional dalam operasi bawah laut.
Kepercayaan dunia terhadap kemampuan operasional kapal perang Indonesia semakin terbukti ketika kapal perang RI dipercaya memimpin latihan “Advance Maneuvering Exercise” di Laut Mediterania (dalam konteks UNIFIL). Bersama kapal-kapal dari Jerman, Yunani, Bangladesh, dan Lebanon, TNI AL menunjukkan profesionalisme dan kemampuan manuver yang mumpuni di laut yang jauh dari wilayahnya.
Namun, di balik semua pencapaian ini, TNI juga dihadapkan pada sejumlah tantangan yang tidak bisa diabaikan. Modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista), kesiapan menghadapi teknologi tinggi (seperti pesawat tempur terbaru dan sistem pertahanan udara), serta peningkatan kemampuan logistik dan interoperabilitas antar matra militer menjadi fokus utama yang harus terus ditingkatkan.
Peningkatan anggaran pertahanan dan kebijakan pengembangan industri dalam negeri menjadi kunci untuk mewujudkan TNI yang tidak hanya ‘banyak orang’, tetapi juga ‘berkualitas tinggi’ dan memiliki teknologi mutakhir.
Dengan segala pencapaian dan tantangan yang ada, militer Indonesia saat ini benar-benar menunjukkan taringnya di kancah internasional. Latihan multinasional, kepercayaan memimpin misi di laut jauh, serta jumlah personel yang besar adalah bukti bahwa TNI bukan lagi kekuatan yang bisa dipandang sebelah mata.
Namun, untuk mencapai posisi yang lebih tinggi di Asia, Indonesia perlu terus berbenah diri, mulai dari peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), penguasaan teknologi, hingga peningkatan kesiapan operasional. Publik pantas berbangga dengan pencapaian TNI, namun juga pantas menuntut agar slogan “bukan kaleng-kaleng” tidak hanya menjadi jargon semata, melainkan menjadi kenyataan yang nyata.

